"Membangun Indonesia" mengingatkan pada sebuah kuliah yang pernah kuikuti. Kuliah Pembangunan Ekonomi bersama dosen terindah dengan kontrak kuliahnya yang begitu egois. No tolerance, no excuse. Tapi sikap tegasnya inilah yang menurutku terbaik. Untuk ukuran mahasiswa malas, kontraknya yang egois mau tidak mau memaksaku untuk selalu memperhatikan kuliahnya. Ditambah seseorang pernah bilang padaku, bahwa beberapa hal baik memang perlu untuk dipaksakan dan Alhamdulilah materi bisa dipahami. Yah walaupun sekarang sih sudah lupa lagi #eh. Sedikit informasi, dalam kuliah Pembangunan Ekonomi ini dijelaskan mengenai konsep pembangunan (development). Nah pembangunan ini selain ekonomi, salah satunya mencakup tentang pendidikan dan teknologi (Alexander 1994). Uwwaahh mahasiswa akhir, gaya tulisan sok pakai sumber gitu :D hhohohh. Oke, fokus, jadi jelas kalau teknologi itu bagian penting dalam pembangunan. Berlaku juga untuk Pembangunan Indonesia.
Dalam hal teknologi informasi dan komunikasi (selanjutnya kita sebut TIK) khususnya internet, menurut data Juni 2016 yang diambil dari Internet World Staat ternyata pengguna internet Indonesia adalah sebesar 34,1 % dari 250 juta penduduk Indonesia dan termasuk empat besar negara pengguna internet terbanyak di Asia. Lumayanlah, kelihatannya Indonesia bukan negara yang gaptek-gaptek banget. Dan yakin, peningkatan penggunaan TIK di Indonesia masih akan terus berkembang seiring waktu. Mengikuti arus global hingga limit yang tak diketahui. Bahkan mungkin sampai seperti kejadian di film Transcendence. Belum nonton? nonton dulu sanah.
Baru-baru ini aku ikut seminar marketing online di Makassar. Disana kita diperlihatkan betapa mudahnya melakukan kegiatan ekonomi hanya dengan bermodalkan pengetahuan TIK. Benaran mudah saudara-saudaraku! bahkan saat tak punya modal materi sekalipun. kita cuma perlu menggunakan internet dan perangkat yang terhubung seperti laptop, komputer ataupun handphone dimana generasi sekarang hampir semua orang punya. Serius, bahkan aku kenal kakek-kakek renta yang cukup gaul menggunakan internet dalam kesehariannya. Intinya dari seminar itu aku bisa menyimpulkan kalau teknologi informasi dan komunikasi adalah sebuah peluang besar bagi Indonesia. Sebuah peluang yang melahirkan budaya global pada generasi kini dan nanti.
Sebagai satu dari delapan milyar penduduk dunia yang juga ikut berkontribusi menggunakan TIK, pribadi cukup puas dan merasakan begitu banyak manfaat. Walaupun manfaatnya belum membuat sekaya Bill Gates atau Mark Zuckerberg, tapi bisalah membuatku hingga melewati delapan semester di kampus dengan aman. Mahasiswa dan pelajar pasti mengerti maksudnya. Hhee.
Sebagai satu dari delapan milyar penduduk dunia yang juga ikut berkontribusi menggunakan TIK, pribadi cukup puas dan merasakan begitu banyak manfaat. Walaupun manfaatnya belum membuat sekaya Bill Gates atau Mark Zuckerberg, tapi bisalah membuatku hingga melewati delapan semester di kampus dengan aman. Mahasiswa dan pelajar pasti mengerti maksudnya. Hhee.
Sebagai harapan, penggunaan dan penciptaan teknologi-teknologi informasi dan komunikasi selanjutnya harus lebih kreatif dan fleksibel. Mindset penduduk Indonesia harus lebih terbuka terhadap budaya global. Tidak ada yang benar-benar sulit jika kita menginginkannya. Sebuah pembicaraan tentang aplikasi berbayar, seseorang pernah bilang kalau setiap yang berbayar pasti ada gratisnya. Jadi jangan terpaku oleh keterbatasan. Selalu ada cara untuk mengembangkan kemampuan. Mari membangun Indonesia melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi.