Rabu, 27 Oktober 2021

Berkunjung Ke Possi Tanah Kecamatan Kajang Bulukumba

Halo blog apa kabar? Baik dong. Aku melalui banyak hal dua bulan terakhir tapi aku udah lupa-lupa ingat. Yang paling berkesan baru-baru ini adalah hampa yang kurasakan. Sekarangpun hampa, tapi berkat background musik yang terdengar aku jadi sedikit bersemangat. 

Baru-baru ini kalau gak salah dua minggu lalu aku ke Sinjai. Terakhir kesana itu hampir dua bulan lalu. Beda dengan suamiku yang lumayan intens bolak balik kesana 2-3x sebulan. Jadi jarang kami menghabiskan waktu sama-sama saat weekend, sekalinya sama-sama ya balik lagi masalahnya, kita gak berdua aja, tepatnya bertiga, berempat dan seterusnya. Padahal aku mendamba banget kita bisa kencan berdua saja. Stayvacation, shopping, jalan, nonton atau dinner yang penting berdua aja. Tapi dia terlalu baik dan tidak mengharapkan hal yang sama denganku. Aku si melankolis yang sangat suka dengan love story ini harus bertahan dengan ketidakpekaannya. Aku kehilangan kata-kata. 

 
OTEWEE Sinjai

Jadi balik lagi ke cerita Sinjai baru-baru ini. Kita dapat undangan dari keluarga di Kajang Bulukumba. Yyyyee bertambah dong referensi tempat baruku. Sebenarnya keluarga Sinjai juga baru pertama sih ke Kajang, mereka adalah keluarga dari orang-orang tua terdahulu. Baru saling touch up karena keterbatasan akses dan sarana komunikasi. Tapi syukurlah kita bisa saling tahu kembali darisini. Yang mengundang kami katanya mantan kepala desa beberapa periode Pak Kamaluddin, S.Pd, M.Si. dan yang nikah ini anaknya. Kurang tau sih desa mana yang pernah beliau tangani. Tapi lokasi pesta undangannya Dusun Tabbuakang Desa Mattoanging Kajang.

Pengantinnya belom ada, aku aja yang stand by duluuu

Bulukumba selain ke tempat pesta, aku sempat jalan-jalan dikit. Yang pertama itu kunjungan ke makam leluhur aku gak ikut takut tempatnya jauh dan perutku lagi mules. Terus selanjutnya kita diajak jalan ke tempat yang di buat cagar budaya, namanya Possi Tanah. Tour guidenya pakai bahasa campuran bugis, aku gak ngerti. Penjelasan mertuaku sih itu pusat bumi, katanya dibalik batu itu ada lubang/terowongan dimana kita bisa lihat tembus ke lautan. Lah emang gitu? Ini benaran atau aku lagi dibercandain? Posisinya ada ditebing dan lumayan jauh dari jalan poros. Untung mobil masih bisa masuk. Jadi kita jalan kakinya gak terlalu jauh. Sepanjang jalan begitu indah karena di sisi kiri aku bisa liat bentangan lautan dan dataran secara bersamaan. Dijalan yang kita lalui juga ada semacam makam dengan batu-batunya yang gede. Aura purbakala terasa gais. Kata bapak pemandu itu makam-makam yang emang udah lama banget 400 tahun sebelum masehi! Wihh. Btw dokumentasi fotonya dikit soalnya aku terlalu takjub.

That beautiful view

Menjelaskan dan mendengar informasi tentang Possi Tanah

Mertuaku bilang tempat yang kita datangi itu tempat sakral gak sembarang orang bisa kesana, cuma yang berkepentingan dan saat ada keperluan saja. Itupun kadang ada syarat tertentunya misal pakai baju hitam dll. Tapi kita udah izin kok dan kebetulan yang antar juga tetua daerah sana.

Pulang dari Bulukumba aku langsung searching di google mencari tempat yang baru ku kunjungi itu. Nama Desanya sih benar Possi Tanah, dan itu adalah komplek makam tua, tapi peruntukannya untuk upacara adat pelantikan raja. Gak ada dibahas tentang terowongan yang bisa lihat tembus ke lautan dll. Emang aku salah tangkap aja kali yah. Pokoknya hari itu seru. Sampai jumpa post selanjutnya.

Rabu, 13 Oktober 2021

Not A Day in My Life

Hari ini minggu pertama di september 2021. Aku bangun agak siang jam 8 lewat dikit karena sempat bangun subuh dan kembali tidur menjelang pagi. Aku cuci muka, nyalakan kompor, goreng ubi kayu yang direbus kemarin sambil masak air untuk bikin teh. Secerek teh sudah jadi dan ubi goreng juga siap, semua ku hidangkan di atas karpet. Seharusnya di atas meja tapi sofa dan meja bambuku lagi di vernis supaya lebih awet dan aestetic

Setelah menghidangkan snack pagi aku lanjut memasak untuk sarapan. Oh iya di rumahku sedang ada tamu dari Sinjai. Kakak Iparku beserta keluarga kecilnya. Istrinya ada jadwal ujian sertifikasi dan ke Makassar untuk mendapatkan suasana serta jaringan yang kondusif. Sudah ujian sih kemarin. Jadi di rumah saat ini ada 7 orang. Aku pilih membuat nasi goreng untuk menu sarapan. Setelah membuat sarapan, sekitar pukul 10 aku rebahan sambil main hape. Tiba-tiba Paksu ngajak keluar minta di temani lihat stok kopi di gudang sekitar Takalar. Istri mana sih yang gak suka diajak jalan sama suaminya ya kan? diajak temani beli air galonpun aku mah senang asal bisa berduaan. Jadi aku langsung siap-siap.

Pukul 11 kita otw. Berdua aja karena Icca' sibuk bantu Kak Arham vernis meja kursi di warkop dan Kak Ufe gak mau ikut takut anak-anaknya mabuk dijalan. Pukul 12 kita sudah dekat perbatasan Takalar, tapi ternyata teman Paksu yang mau antar kita masih di Jeneponto. Deuh. Untuk membunuh waktu akhirnya kita mutar ke Pelelangan Ikan Beba yang sudah 1 minggu ini kusebut-sebut.  Dijalan hujan turun sampai kami tiba di pelelangan. Btw aku suka beli stok persediaan ikan di pelelangan karena ikannya segar-segar dan murah. Berhubung sudah siang jadi penjual ikannya kurang. Karena terlanjur disini mau gak mau beli apa aja deh. Aku beli 4 ekor ikan besar seharga 170rb, biaya potong 15rb, batu es 2rb dan bayar parkir 3rb. Aku juga sudah stand by dus sterofoam karena emang niatnya kita keluar juga buat belanja lauk.

Habis belanja lanjut lagi ke perbatasan Bontonompo-Takalar, dan gak lama teman Paksu juga sampai. Cerita bentar terus jalan deh ke gudang yang katanya ada kopi tahun lalu dimana jumlahnya sampai puluhan ton. Paksu cerita kalau dia sudah lama dengar tentang itu, tapi gak percaya sampai dia liat sendiri barangnya. Seolah cerita-cerita itu cuma mitos. Sampai gudang tujuan, ternyata cerita itu benar adanya, di dalam gudang berkarung-karung kopi tersusun rapi. Paksu ambil sampel dari beberapa karung dan setelah bercerita sebentar kita pulang.

Diperjalanan pulang aku minta singgah buat makan karena emang belum sempat makan walaupun udah sibuk masak-masak dari pagi. Kita makan bakso di Bontonompo. Bakso Raksasa dan Bakso Mangkok. Puas kali aku. Bungkus 1 deh buat Aisyah dan Fatih. Sampai Macanda udah jam 4 sore, untuk bisa beristirahat dengan tenang aku selesaiin dulu masak makan malam. Ikan yang kubeli dimasak pallumara sembari masak nasi disusul tumisan lombok bawang dengan terasi beserta sayur santan labu siam. Nikmatnya.

Selesai kerjaan dapur, menunggu magrib dan makan malam aku rebahan lagi main hape. Disinilah aku

======

Gais aku gak sempat selesaiin a day in my life nya dan seminggu berlalu begitu saja sampai aku gak ingat lagi aktivitas saat itu. Ke minggu berikutnya aja deng, kemarin ya hhehee. Kemarin itu aku membersihkan dan benah warung di Taeng. Rencananya si warung akan kukelola kembali bersama adik-adik dengan usaha yang berbeda. Pembenahannya dimulai dari bersih-bersih. Barang jualan yang lama dikumpul dan di arsipkan. 

Setelah warungnya kosong dan sedikit bersih, ditatap-tatap deh mau di apakan. Berhubung langit-langitnya masih polos, kita coba benahi yang itu. Fyi atap warung terbuat dari kumpulan seng bekas, jadi sedikit bermotif mulai dari yang mulus mengkilap sampai berkarat semuanya ada kecampur dan terlihat jelas dari dalam tanpa filter (plafon). Aku usul buat bikin plafon, tapi ternyata pemasangan plafon tidak bisa dilakukan hari itu juga oleh bapak. Nah bapakpun kasih masukan gimana kalau langit-langitnya di cat saja, costnya lebih rendah dan tampilannya jadi aestetic. Kita setuju-setuju aja deh. Ditengah gerimis yang menjadi hujan lebat, berdua dengan lisa aku membeli cat warna abu muda serta penambal seng di toko bangunan dekat rumah. Kami pun mulai bergerak mengecat seng dari dalam. Pengerjaannya lumayan lama dari pukul 4 sampai 9 malam, padahal ukurannya gak lebih dari 10 meter persegi. Oh iya... Kuasnya cuma 1, ngecat nya gantian, ngobrolnya yang lama. Maklum akutuh ke Taeng sebulan cuma 2-3 kali. Gimana gak jarang, ketemu sama mereka hampir tiap hari 

======

Lah blog, seminggu terlewat lagi. Ini udah minggu ketiga. Gak konsisten akutuh. Sini kuceritakan yang terjadi di minggu ketiga ini. Aku udah sedikit lupa karena sekarang selasa. Tapi aku ingat sedikit kalau sabtu sempat ke pelelangan ikan lagi tuk beli ikan dan lunch ikan plus udang bakar disana. Segar sekali blog. Aku memang sempat kepikiran mau makan seafood hambur beberapa waktu ini. Tapi ikan dan udang aja udah cukup memuaskan kok. 

Ikan yang dibeli paksu dibagikan sebagian ke Mas Imam dan ibu-ibu tukang sortir. Aku juga sempat kasih ibu 2 ekor. Kebetulan yang dibeli ikan kakap besar-besar. Persediaan rumah pun cukuplah mengingat masih ada beberapa ekor ikan nila dan sekilo kepala ikan dikulkas. Alhamdulilah, hingga saat ini kata-kata paksu dulu ketika mengajakku hidup bersama benar terealisasi, ".... setidaknya untuk makan dan sehari-hari saya pastikan kita tidak akan kekurangan".

Minggu akupun lupa karena -

=======

sekarang sudah hari sabtu syalalaaa. "Unclear writing is a sign of unclear thinking", itulah kenapa aku terus saja melanjutkan postingan ini tak peduli sudah sepanjang itu wkwkwkk. Dari yang rencananya a day in my life jadi a month in my life. Jadi sekarang adalah weekend ke empat di september, rencananya aku


***********

Lah sekarang oktober. Aku udah lupaaaaaaaaaaa. Cerita Oktober postsi