Halo blog apa kabar? Baik dong. Aku melalui banyak hal dua bulan terakhir tapi aku udah lupa-lupa ingat. Yang paling berkesan baru-baru ini adalah hampa yang kurasakan. Sekarangpun hampa, tapi berkat background musik yang terdengar aku jadi sedikit bersemangat.
Baru-baru ini kalau gak salah dua minggu lalu aku ke Sinjai. Terakhir kesana itu hampir dua bulan lalu. Beda dengan suamiku yang lumayan intens bolak balik kesana 2-3x sebulan. Jadi jarang kami menghabiskan waktu sama-sama saat weekend, sekalinya sama-sama ya balik lagi masalahnya, kita gak berdua aja, tepatnya bertiga, berempat dan seterusnya. Padahal aku mendamba banget kita bisa kencan berdua saja. Stayvacation, shopping, jalan, nonton atau dinner yang penting berdua aja. Tapi dia terlalu baik dan tidak mengharapkan hal yang sama denganku. Aku si melankolis yang sangat suka dengan love story ini harus bertahan dengan ketidakpekaannya. Aku kehilangan kata-kata.
Jadi balik lagi ke cerita Sinjai baru-baru ini. Kita dapat undangan dari keluarga di Kajang Bulukumba. Yyyyee bertambah dong referensi tempat baruku. Sebenarnya keluarga Sinjai juga baru pertama sih ke Kajang, mereka adalah keluarga dari orang-orang tua terdahulu. Baru saling touch up karena keterbatasan akses dan sarana komunikasi. Tapi syukurlah kita bisa saling tahu kembali darisini. Yang mengundang kami katanya mantan kepala desa beberapa periode Pak Kamaluddin, S.Pd, M.Si. dan yang nikah ini anaknya. Kurang tau sih desa mana yang pernah beliau tangani. Tapi lokasi pesta undangannya Dusun Tabbuakang Desa Mattoanging Kajang.
Pengantinnya belom ada, aku aja yang stand by duluuu |
Bulukumba selain ke tempat pesta, aku sempat jalan-jalan dikit. Yang pertama itu kunjungan ke makam leluhur aku gak ikut takut tempatnya jauh dan perutku lagi mules. Terus selanjutnya kita diajak jalan ke tempat yang di buat cagar budaya, namanya Possi Tanah. Tour guidenya pakai bahasa campuran bugis, aku gak ngerti. Penjelasan mertuaku sih itu pusat bumi, katanya dibalik batu itu ada lubang/terowongan dimana kita bisa lihat tembus ke lautan. Lah emang gitu? Ini benaran atau aku lagi dibercandain? Posisinya ada ditebing dan lumayan jauh dari jalan poros. Untung mobil masih bisa masuk. Jadi kita jalan kakinya gak terlalu jauh. Sepanjang jalan begitu indah karena di sisi kiri aku bisa liat bentangan lautan dan dataran secara bersamaan. Dijalan yang kita lalui juga ada semacam makam dengan batu-batunya yang gede. Aura purbakala terasa gais. Kata bapak pemandu itu makam-makam yang emang udah lama banget 400 tahun sebelum masehi! Wihh. Btw dokumentasi fotonya dikit soalnya aku terlalu takjub.
That beautiful view |
Menjelaskan dan mendengar informasi tentang Possi Tanah |
Mertuaku bilang tempat yang kita datangi itu tempat sakral gak sembarang orang bisa kesana, cuma yang berkepentingan dan saat ada keperluan saja. Itupun kadang ada syarat tertentunya misal pakai baju hitam dll. Tapi kita udah izin kok dan kebetulan yang antar juga tetua daerah sana.
Pulang dari Bulukumba aku langsung searching di google mencari tempat yang baru ku kunjungi itu. Nama Desanya sih benar Possi Tanah, dan itu adalah komplek makam tua, tapi peruntukannya untuk upacara adat pelantikan raja. Gak ada dibahas tentang terowongan yang bisa lihat tembus ke lautan dll. Emang aku salah tangkap aja kali yah. Pokoknya hari itu seru. Sampai jumpa post selanjutnya.