Kamis, 24 September 2020

Suatu Hari Setelah Marah karena Paksu

Sepertinya aku berdosa. Karena membuat tulisan yang menjelek-jelekkan suami pada postingan yang lalu. Begini ceritanya blog. Jadi kemarin sore sehabis magrib saat sedang sendiri di ruko karena Paksu keluar kota mencari gula, aku berinisiatif mau bersih-bersih warkop. Warkop tutup sejak bulan delapan dan sampai saat ini belum ada progres lagi karena kami kekurangan humanresource serta kondisi yang belum kondusif akibat covid. 

Kulihat kipas angin yang menempel di dinding penuh dengan debu. Akupun mengambil lap, membasahinya dan naik ke salah satu meja warkop. Bodohnya, aku lupa meja yang kunaiki ini hanya memiliki satu tiang penyangga di tengah-tengah. Awalnya aku berdiri dengan aman, tumpuan kakiku tepat ditengah meja, hingga aku sedikit bergeser ketepi lalu mejanya hilang keseimbangan seiring tubuhku dan gubrak! duk! srengg! Haafff... sungguh pengalaman yang menyakitkan dan memalukan. Aku terjatuh dengan pantat mendarat terlebih dahulu menyusul kepala. Meja yang kugunakan dan sebuah kursi terlihat lunglai terkapar dilantai. Kami bertiga telentang hingga beberapa saat. 

Aku berusaha bangun dengan kaki bergetar. Pantatku syok. Dengan tertatih kuberdirikan meja dan kursi. Aku duduk sebentar melihat situasi. Apakah keributan yang terjadi tadi terdengar hingga ke tetangga, apakah intel covid yang nongkrong di depan mendengar keributan didalam sini, pokoknya kuperhatikan situsi diluar melalui celah-celah pintu ruko. Sepertinya semua aman. Tak ada yang berusaha mengintip. Mungkin maluku masih bisa tertutupi. Akupun naik ke atas.

Merasakan kondisiku, sepertinya aku akan demam malam ini. Kuambil balsem dan sarung. Kupijat-pijat bagian yang sakit. Istigfar kuingat hal buruk yang baru kulakukan. Sepertinya ini karena aku marah sama Paksu perihal begadang. Pengen sadar tapi masih sebal. 

Pukul 8 malam aku keluar mengambil pesanan baliho perumahan dan membeli alat tulis untuk kantor. Meskipun masih sakit, kupaksakan naik motor dan pulang dengan segera. Sampai di rumah kukerjakan yang bisa kukerjakan dan mencoba beristirahat dengan damai. Baru saja kucoba menutup mata, ada telepon dari Paksu yang minta di bukakan pintu. Sudah pulang rupanya dan waktu menunjukkan pukul 03.00 dinihari. Aku gak tau kalau aku sempat tidur atau tidak. Setelah membuka pintu aku langsung ambruk tertidur.

0 komentar:

Posting Komentar