Rabu, 23 September 2020

Aku Tak Bisa Tidur Cepat & Paksu Bilang Mengganggu

Jauh sebelum menikah, aku sudah terbiasa begadang. Hingga menikahpun kebiasaan ini masih kubawa. Kupikir aku lebih suka begadang karena cepat atau lambat jadwal tidur, aku selalu saja bangun kesiangan. Pukul 6 ke atas. Kenapa aku seyakin itu? Percayalah aku sudah mencoba dan mengalaminya berkali-kali. So it is a waste to sleep early and wake late. Akan lebih baik jika aku gak sekalian tidur cepat dan menggunakan waktuku dengan sedikit bersenang-senang. Lagipula mataku tampaknya tak ingin melawan kebiasaannya. Semalampun aku butuh waktu dari pukul 22.00 - 01.20 agar bisa tertidur.

Yang bikin aku sedikit sedih adalah Pak Suami tidak suka dengan kebiasaanku yang selalu begadang. Dia bilang aku mengganggu. He told me to do this and that. Bukannya menemani atau mengajakku bermain supaya lelah dan cepat tertidur, ia terkesan marah-marah. Padahal aku gak berisik, aku cuma main hape dengan silent di karpet bawah atau diluar meja kerja, bukan di tempat tidur. Karena semalam ia berkata tidurnya nyenyak hingga aku tak berhenti gelisah dan mengganggunya, dia bilang kalau dia bahkan gak gangguin aku kalau liat aku tidur dengan pulas. Ohh begitu... Aku mengganggu ceritanya... Well,, oke Pak Suami, sekarang rasakan sensasi Antagonis dari tulisanku. 

Aku sudah sabar-sabar, aku paham kita berbeda, tapi apa harus kehidupan bahagia sederhanaku diusik seperti itu? Padahal aku juga gak nuntut apa-apa. Kalau ditemani, aku tentu saja senang. Tak ditemanipun aku gak masalah. Tapi aku gasuka banget blog. Dia playing victim dan mempergunakan kekuasaannya sebagai suami untuk mengatur-aturku. Kukira kita sudah sepakat mengenai equality. Toh selama ini baginya pendapatku kadang gak berpengaruh sebesar itu. Kalau ia telah membuat keputusan, walaupun menanyakan pendapatku, keputusan yang ia pilihlah yang sebenar-benarnya keputusan. Aku seolah hanya basa basi jika tak sependapat dengannya dan menjadi pendukung jika keputusan kami sudah sama. Dia egois, tidak peka dan jahat!

Dia harus diingatkan kalau keberuntungan dan rejeki itu datang saat istri bahagia. Bagaimana kalau kalau istrimu malah hanya merasakan sakit hati? Hari ini, besok dan besoknya lagi tanpa henti. Aku sedih blog pengen nangis :'(

0 komentar:

Posting Komentar