Sabtu, 25 Juli 2020

Alih-alih menanyakan ada apa, dia memilih mengabaikannya

Halo. Aktivitasku terlalu monoton akhir-akhir ini dan aku selalu insomnia. Jadi tenagaku serasa hilang dan gak sempatin isi blog. Kebetulan hari ini agak kosyong...

Okey, aktivitas monoton yang dimaksudkan adalah
bangun  ~ masak ~ pergi kerja ~ pulang kerja ~ masak ~ cuci baju ~ main hape/nonton ~ tidur.
Gitu aja terus. Pas temu libur/hari minggu berlalunya cepat sekali.

Ah, ada yang baru juga blog,, aku sedang diet. Diet Enak Bahagia & Menyenangkan (DEBM). Inti dietnya adalah no karbohidrat dan glukosa. Protein aja untuk membentuk otot. Jadi lemak akan terbakar oleh sesama lemak itu sendiri untuk menghasilkan tenaga karena karbohidrat sebagai sumber tenaga dihilangkan.
Jadi makanannya apa saja? Telur, ayam, daging. Protein dari sayuran dilarang, kacang dilarang, buah dilarang kecuali alpokat, makan sayuran hanya bisa dilakukan siang hari dengan pantangan beberapa sayur. Ketat bukan? Tapi pakaianku jadi gak ketat lagi berkat ini :'D Sumpah ini diet paling enak dan tak memberatkan yang kutahu hingga saat ini. Walaupun ada sedih2nya karena terkadang kerinduan akan gula serta karbo merayapi perut dan pikiranku. Oh cinna ini itu ~

Aku mau cerita sedikit kehidupan pernikahan.

Sebelum menikah, aku meyakinkan orang tuaku bahwa niat kami baik, ingin mengumpulkan pahala dengan membangun rumah tangga bersama yang samawa. Aku juga meyakinkan orang tuaku bagaimana positifnya dia, bagaimana ia berkomitmen, bertanggung jawab dan dapat diandalkan. Tentang kami yang telah melalui hal bersama hingga rencana ke depan dimana aku perlu berada disamping untuk mendukungnya, semua kubeberkan. Akhirnya orang tuaku menyetujui. Tak usah ditanya dramanya seperti apa.

Sebelum menikah, aku minta diyakinkan dengan hal sederhana, bagaimana caranya dia membuatku merasakan bunga-bunga, kembang api atau kupu-kupu di hatiku. Tak ada yang terjadi dan tak ada yang ia lakukan. Ia cuma fokus dengan usahanya. Aku kecewa namun mencoba mengerti karena aku tau ia sibuk dan berjuang. Ia hanya menjanjikan perbedaan antara pacaran dan menikah ia akan bersikap lebih baik jika kami telah menikah. Aku menyempatkan waktuku setiap pulang kerja sekedar singgah ke tempatnya, mungkin saja aku akan mendapat kejutan, mungkin ia merencanakan sesuatu, atau mungkin aku yang hanya rindu. Hari berlalu, kamipun tiba pada keputusan sakral, ia datang ke rumahku dan dua minggu kemudian kami menikah. Secepat itu.

***

Setelah menikah,kami pun dikaruni anak yang lucu dan mengepasaskan dia tiap hari rajin mandi dan cuci tangan ,dia sudah kesekolah setiap hari kami gantian mengantarnya dia cantik dan pintar,jarak antara rumah dan sekolahnya sangat dekat sehingga pada suatu hari nanti dia mau kuliah diamerika mau keliling dunia dan membanggakan orangtuanya lalalalala itu aja sekian dan terimakasih.

***

Yah sampai tanda bintang pertama kutuliskan, sebenarnya suasana hatiku penuh gejolak. Aku berusaha menulis prolog yang tak begitu membuncah, yang tenang dan tak tertekan. Walaupun rasanya sesak sekali. Aku tak ingin bicara, tak ingin tersenyum dan tak ingin melihatnya. Ia tak melihat perbedaan sikapku, tak juga menanyakan ada apa padaku hingga dua hari itu. Padahal kelakuanku super mencolok gitu loh. Aku sedih, marah, kesal dan kecewa. Andai membanting-banting pintu, panci, gelas atau piring tak akan merugikan, pasti sudah kulakukan sejak awal.
Aku tau ia tak peka, tapi jiwa sosialnya kemana?? ia bahkan lebih sadar bila sesuatu terasa berbeda dengan anggotanya, nah aku yang paling dekat kenapa tak ia hiraukan? Kenapa ia tak bertanya? Dibanding aku, ia lebih suka bicara dan mendengar google asistennya. Konyol kan? Dosa apa aku blog?
Syukurlah sebelum tulisan ini selesai, aku sudah meluapkan perasaanku padanya. Aku memarahinya, menangis sesenggukan mengeluarkan unek-unekku, memberitahunya ini itu, hingga ia mulai membujuk berusaha menenangkanku dan pusshhhh... Seperti balon yang mengempis rasa kesalku mulai hilang.

Komunikasi adalah hal yang penting dalam sebuah hubungan, believe me. Gak semua orang mengerti bahasa diam. Apalagi kalau partnermu adalah orang yang gak peka. Marah cuma bikin capek, sedih juga bikin capek. Mending makan, ya kan? hhehee.

Btw tulisan setelah tanda bintang pertama itu bukan aku yang tulis.

0 komentar:

Posting Komentar