Rabu, 19 Oktober 2016

19 Oktober 2016

Aku hampir merasa sebagai tokoh dalam tulisan dwit*****. Membaca tulisan-tulisannya seperti menyinggungku...

Sesak blog... Seperti ada yang tak terselesaikan. Seolah "sampai kapanko mau tahanki". Padahal ini sudah diakhiri ratusan tahun silam. Sedihku... naik berat badanku... Selaluka makan malam terus tidur... Akhirnya dimotivasika lagi sama marini diet pisang. Makanmitu terus pisang kayak monyet. Tapi iyo paeng ndakpapaji monyet dulu. Terus nanti jadi beautiful swan.

Duka lainnya.... Datok Nombong meninggal siang tadi. Hujan siang itu seolah mewakili kesedihan atas kehilangan. Aku tak sedih atas kepergiannya. Yang membuat sedih itu adalah orang-orang yang ditinggalkan. Utamanya Nenek Ratu.
Karena yang aku yakini saat anak2 sudah cukup dewasa dan meninggalkan orang tuanya, yang akan saling bertahan adalah kita bersama pasangan. Saling menjaga saling mengasih. Walaupun anak-anak pasti akan melihat kita, tapi ini tidak seperti pasangan kita yang selalu ada dalam keadaan apapun.
Aku kenal mereka berdua. Selalu bersama di rumah itu.

Untuk luka, cepatlah sembuh.
Untuk duka, cepatlah memudar.

***
Yang lainnya, Kejuaraan renang kramsi unhas sudah di depan mata. 21-23 Oktober.

0 komentar:

Posting Komentar