Minggu, 26 Oktober 2014

Tuan Gravitasi yang Setuju Untuk Menghilang

Satu-satunya Tuan, yang pergi, meninggalkan luka begitu dalam.
Satu lagi tulisan cengengku di blog ini.
Aku masih memikirkan apa alasan paling masuk akal baginya untuk menerima tawaranku yang memintanya menghilang. Apakah karena aku yang meminta? apakah karena benar-benar tak ingin melukaiku? apakah karena aku tak lebih berharga?
Kupikir aku terlalu serakah, aku menginginkannya banyak sekali. Mungkin, begitu banyak hingga tak tampak tulus. Membuatnya takut. Kemudian setuju untuk pergi.
Tuan Gravitasiku, aku merindukannya. Begitu banyak tiap harinya.
Tapi kenapa dirinya begitu lurus? when i said go, he must have to stay.
Bukannya menghilang benaran.
Sekarang aku benar-benar kehilangan gravitasi....
Entah berapa banyak lagu cengeng yang kudengar dan nyanyikan dengan sepenuh hati akhir-akhir ini.
Atau betapa aku berusaha mengalihkan perhatian dan pikiran tentangnya.
Sedikit berefek, tapi tetap saja tak berhasil sepenuhnya.
Setiap harinya ratusan kali dirinya berlalu di pikiranku.
Beberapa tentang hal jahat tapi lebih banyak tentang kenangan di masa lalu.
Maybe thats why i never could move on. Aku masih selalu mengingatnya.


Kutulis ini,
karena aku mengingatnya,
karena aku memikirkannya,
karena aku merindukannya,
karena aku tau aslinya perasaanku hanya bisa kuungkapkan dengan tulisan.

0 komentar:

Posting Komentar