Minggu, 20 April 2014

Jangko Nangis, cantikjako

"Jangko nangis, cantikjako"
Seperti itulah mantra penghilang kesedihan yang biasa digunakan Seli adek terkecilku bila melihatku bersedih. Dan tak tau kenapa mantra ini benar-benar ampuh menghilangkan gundahku tiap kali ia mengucapkannya. Hhehee. Entahlah. Mungkin saja wajah lucu adekku yang membuatku kembali tersenyum. Seli di bulan ini berusia tiga tahun, dan dengan bibir kecilnya itu sudah bisa mengucapkan banyak kata-kata. "Latta" dan "sotta" adalah kata-kata unik yang sering disebutkannya tiap melihatku bertingkah aneh, entah ia mengerti atau tidak.

Kemarin, setelah waktu yang sangat lama, aku penasaran. Walaupun tingkat penasaran ini tak sampai menggebu-gebu tapi akhirnya aku sakit lagi. Melihat dinding facebook dan line twitter. Ahh hati. Kenapa aku merasa begitu sakit.

Seperti drama, kucuci pakaian kotorku dengan wajah bersedih. Sesekali terhenti dan mengingat-ingat. Datanglah seli, melihatku dalam keadaan galau. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, diambilnya sebuah boneka dari dalam kamar dan diberikan padaku. Dengan wajah mau menangis karena sedih kuambil bonekanya tanpa beranjak dan kupeluk. Ndak ngaruh. bonekanya terlalu kecil. aku semakin sedih. Ia datang dengan boneka lain yang sama kecilnya, kukembalikan boneka sebelumnya tanpa mengambil boneka yang lainnya. Dengan dua boneka di tangan kiri dan kanannya itu, diucapkannya mantra kesedihan itu. "jangko nangis, cantikjako" sebanyak tiga kali. Kubalas, "cantikja toh, jadi ndak bolehka nangis di'...", "iya cantikjako", "baaa cantikja, kau juga cantikjako", "cantikka?? iya. Seksiko juga", "iya cantik sekaliko, kau juga seksijii...".

Akhirnya kesedihan hari itu berakhir dengan narsisme dan puji-pujian yang tidak masuk akal.

0 komentar:

Posting Komentar