Minggu, 23 Februari 2014

Maunya (Rin) Sih Jodoh Itu Seperti Ini...

Tepatnya kapan, tempatnya diperpustakaan kampus, aku sama Rin lagi kebosanan. Dia baca novel biografi entah itu tru stori ato anu dibikin-bikinji. Biasanya kalo dituang dalam tulisanmi banyakmi cerita barunya. nabikin lebih gregetki kisah hidup yang sebenarnya ndak segreget ituji. Inimi hebatnya tulisan. Bukan cuma bisa diminum kapan saja, tapi juga bisa di atur *wanipiro*... Pejuang pena, julukan pada mereka yang membuat tulisan. dan aku senang bisa jadi pejuang pena juga ^_^ Hhuaahahahaaa. Jadi dia baca novel, sementara aku sibuk membuat sandi pada word yang hanya bisa dibaca dengan rumus ctrl f. Kadang,, kadang,, aku masih bermain seperti itu, entah mengapa...mungkin karna aku berharap akan ada suatu hari untuk memperlihatkannya. Dan setelah 2 setengah jam dengan aktivitas masing-masing, tersisa 30 menit menuju waktu kuliah selanjutnya. Kita baru ngobrol. Yaa,, aku sama rin kadang-kadang aneh, kadang sama-sama bawel, kadang sama-sama diam, tapi seringnya sih kalo satu bawel satunya diam begitujuga sebaliknya.

Percakapan dimulai dengan membicarakan dua orang yang membuatnya risih (atau galau?). Dua orang yang menyatakan perasaan padanya sementara dia sedang berkomitmen untuk fokus sama akademik dan prestasinya. Yyaa pendekar kita ini punya banyak sekali seleksi dan kejuaraan ditahun ini. Semoga sukses Rin ^.^! Tanpa disadari kita nyinggung-nyinggung tentang pacaran, ta'aruf, pernikahan... Dia maunya sih kalo bisa taaruf terus nikah. Dengan kriterianya sendiri tentu saja : pria tampan, pekerja keras, dewasa, mapan, punya penyakit?

Waktu itu dibahasnya lucu banget sampai kita ketawa ketiwi.
Pertama dia harus tampan, ceklist. Siapa juga yang gak mau punya suami tampan. Suami yang bisa dipamer dan dibanggakan sama keluarga dan teman-teman katanya.
Terus Pekerja keras, ceklist lagi. Ini seharusnya masuk dalam kategori wajib untuk setiap pasangan si istri. Supaya kehidupannya akan tetap baik-baik saja.
Dewasa, ceklist. Katanya Rin dia suka yang dewasa gitu. Tentang usia gak masalah buat dia, tapi status ada syaratnya. Kalau orang itu sama-sama single gak masalah, tapi kalo sama duda dia gak mau yang punya anak, kalopun punya maksimal anaknya itu usia sebulan.
Mapan, ceklist. Kesejahteraan dan kehidupan yang terjamin, begitu katanya.
Punya pnyakit? yaa ceklist saja. Ini kan listnya dia. Penyakitnya ini bukan penyakit yang bagaimana kok. Untuk menjaga supaya si suami gak nakal dan dia bisa jaga dan urus semua keperluan suaminya. Kita sempat bahas penyakit apa kira-kira untuk si jodoh ini, yang gak berat, gak sekarat. Aku usulnya impoten saja kalau gak mau dianya nakal. Jelas ditolaklah :/

Dan dimulailah kehidupan berumah tangganya...
Dia punya rumah sendiri, setiap bulan diberi uang biaya rumah tangga, setiap minggunya belanja persediaan dapur, kadang-kadang aku main kerumahnya. Anaknya di sayangi sepenuh hati. Hidup mereka bahagia... Lalu 13 tahun kemudian penyakit suaminya sudah tak tertahankan. Mati. Dia jadi janda. Anaknya dikirim ke pesantren atau luar negeri. Semua harta diatasnamakan miliknya. Cari suami baru -_- gila kan.

Kadang ketawa. Masih ada sih satu lagi pembahasan tentang jodoh waktu itu. Tapi aku yang jadi objek. Ndak mau cerita deh. Soalnya kalo Rin yang kembangkan cerita tentangku, ndak ada yang beres. Katanya aku terus menunggulah, nolak semua orang, pokoknya segala macam yang buat hidupku keliatan sangat menyedihkan. Meskipun ending cerita yang dia bikin tentangku itu berakhir bahagia...

Jodohku itu sederhana Rin... Dia yang bisa menarik perhatianku lebih dari orang lain.
Tapi kalo pacar... beda lagi kriterianya... Ehhehheheheee.




0 komentar:

Posting Komentar